BAB
1
Latar
Belakang
Pada dasarnya
hakekat kebudayaan sama dengan hakekat manusia, karena kebudayaan merupakan
endapan dari kegiatan dan karya manusia. Pada masa lalu, untuk mempelajari
kebudayaan biasanya bertindak dengan sangat teoretis atau menerapkan
pandangan-pandangan teoretis. Yang diutamakan adalah mempelajari hakekat kebudayaan,
filsafat kebudayaan teoritis. Tetapi, cara pendekatan tersebut sekarang telah
berubah ke arah persoalan-persoalan praktis. Sekarang secara praktis tidak
hanya mempelajari kebudayaan secara teoritis saja, tapi berusaha untuk menyusun policy
kebudayaan, suatu strategi kebudayaan. Pendekatan ini tampak jelas pada
kata-kata baru, kata-kata kunci, yang sering kita dengar dan lihat pada media
massa elektronik dan surat kabar, pada kursus-kursus upgrading atau penataran,
pada pada aksi-aksi kaum remaja serta pada diskusi-diskusi politik, seperti
pembaharuan sistem pendidikan, perncanaan kota, tata ruang lingkup, peningkatan
atau penurunan produksi, pengotoran lingkungan, sampai rasa gelisah mengenai
lunturnya norma-norma yang dulu berlaku. Kata-kata ini merupakan jalan yang
menjelaskan policy kebudayaan yang masih harus dibuat. Maka, filsafat
kebudayaan modern akan meninjau kebudayaan tersebut dari sudut policy tertentu
sebagai strategi atau rencana utama di masa depan.
Pendahuluan
Strategi berasal dari kata stratus yang berarti
pasukan dan kata agein yang berarti memimpin, sehingga strategi berarti
memimpin pasukan. Sehingga strategi kebudayaan mengandung pengertian bagaimana
cara atau usaha merencanakan dapat di wujudkan.
Masalah kebudayaan nasional yang ingin di ciptakan telah di pikirkan oleh bangsa Indonesia selama dasawarsa 30an yang kemudian di himpun dalam buku Polemik Kebudayaan. Menurut Sutan Takdir Alisyahbana, kebudayaan nasional Indonesia yang disebutnya Kebudayaan Indonesia Raya harus diciptakan sebagai sesuatu yang baru dengan mengambil banyak unsur dari kebudayaan barat. Unsur – unsur tersebut antara lain adalah teknologi, orientasi ekonomi, keterampilan berorganisasi, dan ilmu pengetahuan. Sedangkan Sanusi Pane berpendapat bahwa kebudayaan nasional Indonesia sebagai kebudayaan timur harus mementingkan kerohanian, perasaan, dan gotong royong.
Kebudayaan nasional Indonesia menurut Koentjaraningrat mempunyai dua fungsi :
1. Sebagai suatu sistem gagasan dan perlambang yang memberi identitas kepada warga negara Indonesia
Masalah kebudayaan nasional yang ingin di ciptakan telah di pikirkan oleh bangsa Indonesia selama dasawarsa 30an yang kemudian di himpun dalam buku Polemik Kebudayaan. Menurut Sutan Takdir Alisyahbana, kebudayaan nasional Indonesia yang disebutnya Kebudayaan Indonesia Raya harus diciptakan sebagai sesuatu yang baru dengan mengambil banyak unsur dari kebudayaan barat. Unsur – unsur tersebut antara lain adalah teknologi, orientasi ekonomi, keterampilan berorganisasi, dan ilmu pengetahuan. Sedangkan Sanusi Pane berpendapat bahwa kebudayaan nasional Indonesia sebagai kebudayaan timur harus mementingkan kerohanian, perasaan, dan gotong royong.
Kebudayaan nasional Indonesia menurut Koentjaraningrat mempunyai dua fungsi :
1. Sebagai suatu sistem gagasan dan perlambang yang memberi identitas kepada warga negara Indonesia
2. Sebagai suatu sistem gagasan dan perlambang yang
dapat di pakai oleh semua warga negara Indonesia yang bhinneka untuk saling
berkomunikasi, sehingga hal tersebut tetap dapat memperkuat solidaritas.
Tujuan
Tujuan dari dibuat nya artikel ini adalah agar para
pembaca lebih mengenal strategi kebudayaan yang ada di indonesia.
BAB
2
ISI
Supaya tercipta nya strategi kebudayaan maka
terdapat sebuah syarat syarat-syarat tersebut diantara nya :
1. Harus merupakan hasil karya warga negara
Indonesia
2. Tema pemikiran atau wujudnya mengandung ciri – ciri khas Bangsa Indonesia
3. Oleh sebanyak mungkin warga Indonesia harus dinilai sangat tinggi sehingga dapat dijadikan sebagai kebanggaan.
2. Tema pemikiran atau wujudnya mengandung ciri – ciri khas Bangsa Indonesia
3. Oleh sebanyak mungkin warga Indonesia harus dinilai sangat tinggi sehingga dapat dijadikan sebagai kebanggaan.
Setelah
syarat syarat tersebut terpenuhi maka langkah selanjutnya untuk memenuhi
strategi kebudayaan adalah :
a. Akulturasi
Berarti percampuran dua atau lebih kebudayaan yang dalam percampurannya masing – masing unsur lebih tampak.
b. Progresivitas
Berarti maju, progresivitas dalam kebudayaan mengandung pengertian bahwa kebudayaan itu harus bergerak ( cultural change ) maju sehingga harus mengarah kemasa depan.
c. Sistem pendidikan
Di Indonesia harus mampu menanamkan kebudayaan sosial. Oleh karena itu, nilai – nilai pelajaran sejarah kebudayaan yang sifatnya humaniora ( manusiawi ) perlu di berikan kepada pelajar maupun mahasiswa agar mereka memperoleh pengertian yang benar dan tepat tentang kebudayaan.
d. Kebijaksanaan bahasa nasional
Bahasa Indonesia telah menjadi bahasa resmi di Indonesia, melalui bahasa nasional tersebut telah dilakukan komunikasi yang baik dan efektif dalam menunjang persatuan.
e. Sosialisasi Pancasila
Yang dilakukan melalui Pendidikan Moral Pancasila di sekolah dasar dan menengah, dan mata kuliah Pancasila di perguruan tinggi.
Berarti percampuran dua atau lebih kebudayaan yang dalam percampurannya masing – masing unsur lebih tampak.
b. Progresivitas
Berarti maju, progresivitas dalam kebudayaan mengandung pengertian bahwa kebudayaan itu harus bergerak ( cultural change ) maju sehingga harus mengarah kemasa depan.
c. Sistem pendidikan
Di Indonesia harus mampu menanamkan kebudayaan sosial. Oleh karena itu, nilai – nilai pelajaran sejarah kebudayaan yang sifatnya humaniora ( manusiawi ) perlu di berikan kepada pelajar maupun mahasiswa agar mereka memperoleh pengertian yang benar dan tepat tentang kebudayaan.
d. Kebijaksanaan bahasa nasional
Bahasa Indonesia telah menjadi bahasa resmi di Indonesia, melalui bahasa nasional tersebut telah dilakukan komunikasi yang baik dan efektif dalam menunjang persatuan.
e. Sosialisasi Pancasila
Yang dilakukan melalui Pendidikan Moral Pancasila di sekolah dasar dan menengah, dan mata kuliah Pancasila di perguruan tinggi.
Selain kelima langkah tersebut, masih di perlukan
satu langkah lain, yaitu mengikutsertakan rakyat, sebab rakyat yang merupakan
sumber kekuatan, rakyat merupakan pendukung kebudayaan, dan untuk rakyat juga
semua ini di lakukan.
Strategi penyebaran kebudayaan di indonesia
Saluran
Kesenian
Penyebaran Kebudayaan
di Indonesia juga menggunakan media-media kebudayaan, sebagaimana yang
dilakukan oleh para wali songo (atau 9 wali) di Pulau Jawa. Saluran kebudayaan melalui
kesenian yang paling terkenal adalah pertunjukkan wayang. Misalnya Sunan Kali
Jaga dengan pengembangan kesenian wayang. Ia mengembangkan wayang kulit,
mengisi wayang dengan ajaran Kebudayaan. Sunan Muria dengan pengembangan
gamelannya. Kedua kesenian tersebut masih digunakan dan digemari masyarakat
Indonesia khususnya jawa sampai sekarang. Sedang Sunan Giri menciptakan banyak
sekali mainan anak anak, seperti jalungan, jamuran, ilirilir dan cublak
suweng dan lain-lain.
Penyebaran Kebudayaan
di Indonesia juga melibatkan seni budaya. Misalnya seni bangunan pada mesjid,
seni pahat, seni musik, tari dan seni sastra. Dalam seni bangunan masjid,
banyak ukiran-ukiran yang masih menunjukkan motif budaya Hindu Budha. Kita
bisa menyaksikan di Masjid Agung Kesepuhan Cirebon, Masjid Demak, Masjid Menara
Kudus. Dalam seni budaya kita bisa lihat atau jumpai dalam perayaan Grebek
agung di keraton Surakarta serta Jogjakarta dan Cirebon. Juga dalam seni wayang
dalam setiap pertunjukkannya juga diselipkan nilainilai kebudayaani dan
pahamnya agar mudah diresapi oleh masyarakat pada saat itu.
Akulturasi
Arti kata
akulturasi menurut kamus psikologi adalah proses mengenai adat, kepercayaan,
ideologi dan tatanan dengan peralihan tingkah laku dari satu kebudayaan menuju
budya yang lain, seperti dua kelompok sosial yang bebas bertemu dan bergabung.
Akulturasi menurut kamus Antropologi (Aryono,1985) adalah pengambilan
atau penerimaan satu atau beberapa unsur kebudayaan yang berasal dari pertemuan
dua atau beberapa kebudayaan yang saling berhubungan atau saling bertemu.
Dalam konsep
akulturasi masyarakat lokal didefinisikan sebagai penerima kebudayaan. Misalnya
masyarakat jawa yang memiliki tradisi “slametan” yang cukup kuat, ketika islam
datang maka tradisi tersebut masih tetap jalan dengan mengambil unsur unsur
islam terutama dalam do’ado’a yang dibaca. Wadah slametanya masih ada tetapi
isinya mengambil ajaran islam , maka dari itu dengan adanya asimilasi maka
kebudyaan baru masuk dan menjadi sebuah tradisi di indonesia.
Contoh:
Akulturasi Islam dan Jawa
Salah satu
temuan studi Muhadjirin Thohir (1991,1993) terhadap masyarakat Desa Sukodono
dan Senen, Jepara. Menunjukkan adanya satu tindakan ritual (Islam dan tradisi
jawa) yang diartikan dengan aktifitas ekonomi seperti yang nampak dalam upacara
slametan yang disebut Rasulan.
Asimilasi
Asimilasi
(assimilation) merupakan proses sosial yang timbul bila ada golongan-golongan
manusia dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda yang saling bergaul
langsung secara intensif untuk waktu yang lama, sehingga budaya-budaya golongan-golongan
tadi masing-masing berubah sifatnya yang khas, dan juga unsur-unsurnya masing-masing
berubah wujudnya menjadi unsur-unsur kebudayaan campuran.
Contoh:
Asimilasi Islam dan Jawa
Setelah
Islam datang ke Jawa, dan membawa paham monoteisme, lambat laun mengikis habis
kepercayaan kepercayaan lokal, yang masih menyakini adanya dewadewa dan
dayang desa yang diekspresikan dalam bentuk upacaraupacara keagamaan lokal
seperti: bersi desa, nyadran, tingkepan, dll. Kalaupun upacara itu
masih dijalankan, tetapi isinya sudah hampir semua islam. Kepercayaankepercayaan
lokal itu, sekarang sudah di ganti dengan hanya beriman kepada allah yang maha
esa, sehingga upacaraupacara itu telah digantikan dalam bentuk peribadatan
menurut ajaran islam. Proses hilangnya kepercayankepercayaan asli tersebut
melalui proses panjan, dengan interaksi yang intensif antara islam dan
kebudayaan jawa. Proses tersebut bahkan sampai sekarang masih terus berlangsung
setelah berjalan enam abad lebih. Upacar sesaji dan slametan sudah jarang
dilakukan, diganti dengan sholat sunat dan ibadahibadah lain menurut ajaran
Islam.
BAB
3
Penutup
Kesimpulan
Kseimpulan nya adalah didalam persebaran strategi
kebudayaan terdapat sebuah proses yang sangat panjang,dan dari proses tersebut
dapat disimpulkan sebagai wujud terbentuknya sebuah kebudayaan baru yang
menjadi sebuah tradisi dan turun-temurun dilaksanakan di indonesia.
Saran
Sebaiknya generasi muda harus meneruskan sebuah
tradisi yang telah diturunkan dari sebuah proses strategi kebudayaan yang tercipta
dan memakan waktu yang sangat panjang.