Rabu, 10 Mei 2017

Strategi Kebudayaan Di Indonesia

0



BAB 1
Latar Belakang
Pada dasarnya hakekat kebudayaan sama dengan hakekat manusia, karena kebudayaan merupakan endapan dari kegiatan dan karya manusia. Pada masa lalu, untuk mempelajari kebudayaan biasanya bertindak dengan sangat teoretis atau menerapkan pandangan-pandangan teoretis. Yang diutamakan adalah mempelajari hakekat kebudayaan, filsafat kebudayaan teoritis. Tetapi, cara pendekatan tersebut sekarang telah berubah ke arah persoalan-persoalan praktis. Sekarang secara praktis tidak hanya mempelajari kebudayaan secara teoritis saja, tapi berusaha untuk menyusun policy kebudayaan, suatu strategi kebudayaan. Pendekatan ini tampak jelas pada kata-kata baru, kata-kata kunci, yang sering kita dengar dan lihat pada media massa elektronik dan surat kabar, pada kursus-kursus upgrading atau penataran, pada pada aksi-aksi kaum remaja serta pada diskusi-diskusi politik, seperti pembaharuan sistem pendidikan, perncanaan kota, tata ruang lingkup, peningkatan atau penurunan produksi, pengotoran lingkungan, sampai rasa gelisah mengenai lunturnya norma-norma yang dulu berlaku. Kata-kata ini merupakan jalan yang menjelaskan policy kebudayaan yang masih harus dibuat. Maka, filsafat kebudayaan modern akan meninjau kebudayaan tersebut dari sudut policy tertentu sebagai strategi atau rencana utama di masa depan.
Pendahuluan
Strategi berasal dari kata stratus yang berarti pasukan dan kata agein yang berarti memimpin, sehingga strategi berarti memimpin pasukan. Sehingga strategi kebudayaan mengandung pengertian bagaimana cara atau usaha merencanakan dapat di wujudkan.
Masalah kebudayaan nasional yang ingin di ciptakan telah di pikirkan oleh bangsa Indonesia selama dasawarsa 30an yang kemudian di himpun dalam buku Polemik Kebudayaan. Menurut Sutan Takdir Alisyahbana, kebudayaan nasional Indonesia yang disebutnya Kebudayaan Indonesia Raya harus diciptakan sebagai sesuatu yang baru dengan mengambil banyak unsur dari kebudayaan barat. Unsur – unsur tersebut antara lain adalah teknologi, orientasi ekonomi, keterampilan berorganisasi, dan ilmu pengetahuan. Sedangkan Sanusi Pane berpendapat bahwa kebudayaan nasional Indonesia sebagai kebudayaan timur harus mementingkan kerohanian, perasaan, dan gotong royong.
Kebudayaan nasional Indonesia menurut Koentjaraningrat mempunyai dua fungsi :
1. Sebagai suatu sistem gagasan dan perlambang yang memberi identitas kepada warga negara Indonesia

2. Sebagai suatu sistem gagasan dan perlambang yang dapat di pakai oleh semua warga negara Indonesia yang bhinneka untuk saling berkomunikasi, sehingga hal tersebut tetap dapat memperkuat solidaritas.

Tujuan
Tujuan dari dibuat nya artikel ini adalah agar para pembaca lebih mengenal strategi kebudayaan yang ada di indonesia.




BAB 2
ISI
Supaya tercipta nya strategi kebudayaan maka terdapat sebuah syarat syarat-syarat tersebut  diantara nya :
1. Harus merupakan hasil karya warga negara Indonesia
2. Tema pemikiran atau wujudnya mengandung ciri – ciri khas Bangsa Indonesia
3. Oleh sebanyak mungkin warga Indonesia harus dinilai sangat tinggi sehingga dapat dijadikan sebagai kebanggaan.
            Setelah syarat syarat tersebut terpenuhi maka langkah selanjutnya untuk memenuhi strategi kebudayaan adalah :
a. Akulturasi
Berarti percampuran dua atau lebih kebudayaan yang dalam percampurannya masing – masing unsur lebih tampak.
b. Progresivitas
Berarti maju, progresivitas dalam kebudayaan mengandung pengertian bahwa kebudayaan itu harus bergerak ( cultural change ) maju sehingga harus mengarah kemasa depan.
c. Sistem pendidikan
Di Indonesia harus mampu menanamkan kebudayaan sosial. Oleh karena itu, nilai – nilai pelajaran sejarah kebudayaan yang sifatnya humaniora ( manusiawi ) perlu di berikan kepada pelajar maupun mahasiswa agar mereka memperoleh pengertian yang benar dan tepat tentang kebudayaan.
d. Kebijaksanaan bahasa nasional
Bahasa Indonesia telah menjadi bahasa resmi di Indonesia, melalui bahasa nasional tersebut telah dilakukan komunikasi yang baik dan efektif dalam menunjang persatuan.
e. Sosialisasi Pancasila
Yang dilakukan melalui Pendidikan Moral Pancasila di sekolah dasar dan menengah, dan mata kuliah Pancasila di perguruan tinggi.
Selain kelima langkah tersebut, masih di perlukan satu langkah lain, yaitu mengikutsertakan rakyat, sebab rakyat yang merupakan sumber kekuatan, rakyat merupakan pendukung kebudayaan, dan untuk rakyat juga semua ini di lakukan.

Strategi penyebaran kebudayaan di indonesia
Saluran Kesenian
Penyebaran Kebudayaan di Indonesia juga menggunakan media­-media kebudayaan, sebagaimana yang dilakukan oleh para wali songo (atau 9 wali) di Pulau Jawa. Saluran kebudayaan melalui kesenian yang paling terkenal adalah pertunjukkan wayang. Misalnya Sunan Kali Jaga dengan pengembangan kesenian wayang.  Ia mengembangkan wayang kulit, mengisi wayang dengan ajaran Kebudayaan. Sunan Muria dengan pengembangan gamelannya. Kedua kesenian tersebut masih digunakan dan digemari masyarakat Indonesia khususnya jawa sampai sekarang. Sedang Sunan Giri menciptakan banyak sekali mainan anak ­anak, seperti jalungan, jamuran, ilir­ilir dan cublak suweng dan lain­-lain.
Penyebaran Kebudayaan di Indonesia juga melibatkan seni budaya. Misalnya seni bangunan pada mesjid, seni pahat, seni musik, tari dan seni sastra. Dalam seni bangunan masjid, banyak ukir­an-ukiran yang masih menunjukkan motif budaya Hindu Budha. Kita bisa menyaksikan di Masjid Agung Kesepuhan Cirebon, Masjid Demak, Masjid Menara Kudus. Dalam seni budaya kita bisa lihat atau jumpai dalam perayaan Grebek agung di keraton Surakarta serta Jogjakarta dan Cirebon. Juga dalam seni wayang dalam setiap pertunjukkannya juga diselipkan nilai­nilai kebudayaani dan pahamnya agar mudah diresapi oleh masyarakat pada saat itu.

Akulturasi
Arti kata akulturasi menurut kamus psikologi adalah proses mengenai adat, kepercayaan, ideologi dan tatanan dengan peralihan tingkah laku dari satu kebudayaan menuju budya yang lain, seperti dua kelompok sosial yang bebas bertemu dan bergabung.  Akulturasi menurut kamus Antropologi (Aryono,1985) adalah pengambilan atau penerimaan satu atau beberapa unsur kebudayaan yang berasal dari pertemuan dua atau beberapa kebudayaan yang saling berhubungan atau saling bertemu. 
Dalam konsep akulturasi masyarakat lokal didefinisikan sebagai penerima kebudayaan. Misalnya masyarakat jawa yang memiliki tradisi “slametan” yang cukup kuat, ketika islam datang maka tradisi tersebut masih tetap jalan dengan mengambil unsur­ unsur islam terutama dalam do’a­do’a yang dibaca. Wadah slametanya masih ada tetapi isinya mengambil ajaran islam , maka dari itu dengan adanya asimilasi maka kebudyaan baru masuk dan menjadi sebuah tradisi di indonesia. 

Contoh: Akulturasi Islam dan Jawa
Salah satu temuan studi Muhadjirin Thohir (1991,1993) terhadap masyarakat Desa Sukodono dan Senen, Jepara. Menunjukkan adanya satu tindakan ritual (Islam dan tradisi jawa) yang diartikan dengan aktifitas ekonomi seperti yang nampak dalam upacara slametan yang disebut Rasulan. 

       Asimilasi
Asimilasi (assimilation) merupakan proses sosial yang timbul bila ada golongan-­golongan manusia dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda­-beda yang saling bergaul langsung secara intensif untuk waktu yang lama, sehingga budaya­-budaya golongan­-golongan tadi masing-­masing berubah sifatnya yang khas, dan juga unsur­-unsurnya masing­-masing berubah wujudnya menjadi unsur­-unsur kebudayaan campuran. 

Contoh: Asimilasi Islam dan Jawa
Setelah Islam datang ke Jawa, dan membawa paham monoteisme, lambat laun mengikis habis kepercayaan­ kepercayaan lokal, yang masih menyakini adanya dewa­dewa dan dayang desa yang diekspresikan dalam bentuk upacara­upacara keagamaan lokal seperti:  bersi desa, nyadran, tingkepan, dll.  Kalaupun upacara itu masih dijalankan, tetapi isinya sudah hampir semua islam. Kepercayaan­kepercayaan lokal itu, sekarang sudah di ganti dengan hanya beriman kepada allah yang maha esa, sehingga upacara­upacara itu telah digantikan dalam bentuk peribadatan menurut ajaran islam. Proses hilangnya kepercayan­kepercayaan asli tersebut melalui proses panjan, dengan interaksi yang intensif antara islam dan kebudayaan jawa. Proses tersebut bahkan sampai sekarang masih terus berlangsung setelah berjalan enam abad lebih. Upacar sesaji dan slametan sudah jarang dilakukan, diganti dengan sholat sunat dan ibadah­ibadah lain menurut ajaran Islam. 






BAB 3
Penutup
Kesimpulan
Kseimpulan nya adalah didalam persebaran strategi kebudayaan terdapat sebuah proses yang sangat panjang,dan dari proses tersebut dapat disimpulkan sebagai wujud terbentuknya sebuah kebudayaan baru yang menjadi sebuah tradisi dan turun-temurun dilaksanakan di indonesia.
Saran
Sebaiknya generasi muda harus meneruskan sebuah tradisi yang telah diturunkan dari sebuah proses strategi kebudayaan yang tercipta dan  memakan waktu yang sangat panjang.



0 komentar: