Sabtu, 18 Maret 2017

Artikel Manusia Dan Budaya Indonesia

0



Bab 1
     Pendahuluan
         Kota Surakarta atau yang biasanya disebut dengan kota Solo adalah kota yang memiliki  banyak kebudayaan yang mencitrakan budaya Solo sesungguhnya. Saya sebagai orang Solo merasa bahwa kota Solo layak mendapatkan predikat sebagai kota budaya dan terdapat beberapa kebudayaan yang  dapat dibanggakan dari kota Solo seperti  tarian , wayang kulit , gamelan , batik dan lain sebagainya.
            Selain dari seni nya masyarakatnya yang tetap menjaga kebudayaan dan tradisionalitas secara kental masih terasa dan dapat kita rasakan di kota ini. seperti bahasa yang penduduk asli masih kenakan secara sehari-hari yaitu bahasa Jawa Surakarta dialek mataraman (Jawa Tengahan) dengan varian Surakarta , bahasa yang halus dan sopan dari masyarakat sekitar yang tetap dipegang teguh menambah nilai kekentalan akan kebudayaan dari kota ini" sehingga tidak salah kota ini disebut sebagai kota budaya.

    Tujuan
          Tujuan dari penulisan artikel ini adalah untuk memberitahukan macam – macam kebudayaan dari kota Solo yang melekat pada budaya Indonesia namun penulis disini akan membahas salah satu kebudayaan dari kota Solo yaitu batik khas dari kota Solo.
 

Bab 2
       Isi
        
Solo termasuk kota yang sangat lekat dengan budaya Jawa. Karena lekatnya dengan budaya Jawa, Solo memiliki slogan The Spirit Of Java sebagai tekad untuk melestarikan budaya Jawa. Kyai Ageng Henis adalah tokoh yang pertama kali memperkenalkan batik di desa Laweyan yang saat itu masuk ke wilayah kerajaan Pajang. Ki Ageng Henis adalah putra Ki Ageng Selo yang juga keturunan Brawijaya V. Beliau bermukim di desa Laweyan sejak tahun 1546 M. Ki Ageng Henis yang dikenal dengan Ki Ageng Laweyan merupakan “manggala pinatuwaning nagari” semasa Jaka Tingkir masih menjadi Adipati Pajang. Beliau adalah kakek dari Danang Sutawijaya yang menjadi pendiri kerajaan Mataram . Desa Laweyan yang terletak di tepi Sungai Laweyan ini, dulunya adalah pusat perdagangan Lawe (bahan baku tenun). Bahan baku kapas dipasok dari daerah Juwiring, Pedan dan Gawok. Proses distribusi barang di Pasar Lawe dilakukan melalui bandar Kabanaran yang tak jauh dari Pasar Lawe. Dulu terdapat banyak Bandar di tepi sungai, seperti Bandar Kabanaran, dan Bandar Laweyan. Melalui Bandar inilah yang menghubungkan Desa Laweyan menuju Sungai Bengawan Solo. Dari sinilah, batik terhubung dengan daerah pesisir. 

Batik solo awal abad 20
Pada awal abad XX, batik menjadi salah satu identitas perekonomian masyarakat Jawa. Pada masa ini, batik telah memasuki era industrialisasi dan terbentuknya kelompok-kelompok para pedagang. Salah satu organisasi yang terkenal adalah Sarekat Dagang Islam (SDI) yang dipelopori oleh KH Samanhudi. Beliau memiliki jaringan dagang yang kuat hingga ke Kudus, Surabaya, Gresik, Tuban, Cirebon, Bogor hingga ke Batavia dan luar Jawa. Salah satu distributornya adalah HOS Cokroaminoto yang menjadi tokoh dalam organisasi Sarekat Dagang Islam.

Berdirinya SDI dilatarbelakangi persaingan dagang antara orang-orang Cina dan Belanda. Organisasi ini menunjukkan eksistensi masyarakat pribumi Jawa Islam di tengah kekuasaan kolonial Belanda. Sekaligus mempertahankan eksistensi batik yang menjadi salah satu pilar ekonomi masyarakat Jawa. Pada akhirnya SDI menjadi salah satu organisasi perintis kemerdekaan Indonesia.
  Hingga sekarang Batik Laweyan Solo tetap ada. Para pengusaha Laweyan pernah mencapai kejayaan pada era 1970-an.
Kini, Pemerintah Surakarta memiliki dua kampung batik di kota Solo, yakni kampong batik Laweyan dan kampung batik Kauman, yang terletak di belakang Masjid Agung Surakarta. Salah satu pusat perdagangan Batik Solo yang terkenal adalah Pasar Klewer.
Ciri khas batik Solo
Di Solo sendiri terdapat 2 jenis kain batik yang biasa digunakan, yaitu kain batik dan kain lurik. Batik yang berasal dari kota Solo maupun Jogjakarta oleh para pencinta busana batik disebut dengan Batik Kasultanan dengan ciri khas warna yang digunakan adalah warna biru, coklat dan putih.
Masing-masing warna pada kain batik Solo Surakarta memiliki arti filosofi tersendiri. Warna biru melambangkan bumi, warna coklat melambangkan api sedangkan warna putih melambangkan angin dan air.
Ciri khas lain pada batik Solo adalah warnanya. Batik Solo sering menggunakan warna sogan yaitu warna kombinasi seperti kombinasi warna coklat muda, coklat tua, coklat kekuningan, coklat kehitaman, dan coklat kemerahan. Batik Sogan Adalah salah satu jenis batik bernuansa klasik dengan warna dominan variasi dari warna coklat.  Dinamakan batik sogan karena pada awal mulanya, proses pewarnaan batik ini  menggunakan pewarna alami yang diambil dari batang kayu pohon soga tingi. Batik Sogan memang jenis batik yang identik dengan daerah keraton Jawa yaitu Yogyakarta dan Solo, motifnya pun biasanya mengikuti pakem motif-motif klasik keraton. 

Batik Sogan Yogya dan batik Solo juga dapat dibedakan dari warnanya. Biasanya sogan Yogya dominan berwarna coklat tua-kehitaman dan putih, sedangkan sogan Solo berwarna coklat-oranye dan coklat. Batik sogan yang klasik ini memang selalu banyak peminatnya dan langgeng tanpa mengenal musim, selalu ada pecinta jenis batik ini. Walaupun ada batik pesisiran yang lebih dinamis baik warna maupun motifnya yang kontemporer dan eksotis. 

Selain ciri khas pada warna, batik Solo juga terkenal dengan motif batik tradisionalnya baik pada batik cap mupun batik tulis. Motif batik yang terkenal pada batik Solo adalah motif sidomukti dan sidoluhur. Karena ciri khas inilah batik Solo telah terkenal sampai ke mancanegara dan memiliki nilai jual yang tinggi, bahkan menjadi salah satu sektor expor andalan dari para pengrajin batik Solo. Para pengrajin Batik Solo pernah mencapai kejayaannya pada tahun 1970an. Dan sampai sekarang,  Batik Solo tetap ada dan masih memiliki ciri khas yang sama dan memiliki daya jual yang tinggi.

        
   Macam –macam motif batik Solo
 
            1.      Batik parang
Sebagaimana yang dikutip dari wikipedia.org Batik Parang merupakan salah satu motif batik yang paling tua di Indonesia. Parang berasal dari kata Pereng yang berarti lereng. Perengan menggambarkan sebuah garis menurun dari tinggi ke rendah secara diagonal. Susunan motif S jalin-menjalin tidak terputus melambangkan kesinambungan. Bentuk dasar huruf S diambil dari ombak samudra yang menggambarkan semangat yang tidak pernah padam. Batik ini merupakan batik asli Indonesia yang sudah ada sejak zaman keraton Mataram Kartasura (Solo).
Makna yang terkandung dalam Batik Parang ini adalah tentang nasihat agar seseorang yang mengenakan tidak pernah menyerah, kokoh seperti batu karang yang selalu diterjang ombak lautan. Selain itu, batik parang juga memberi gambaran tentang jalinan yang tidak pernah putusdalam upaya memperbaiki diri, memperjuangkan kesejahteraan, maupun bentuk pertalian keluarga.


 
2.   Batik kawung

Batik kawung memiliki motif yang cukup sederhana, terbentuk dari pola bulatan mirip buah Kawung, sejenis buah kelapa atau yang  disebut buah kolang-kaling. Motif hiasan yang berupa rangkaian kombinasi lingkaran ini disusun berjejer rapi secara simetris dan geometris. Motif batik kawung banyak dimaknai sebagai gambar bunga teratai dengan empat lembar daun bunga yang merekah. Bagi orang Jawa bunga teratai sering diartikan sebagai umur yang panjang dan juga kesucian.
Pada masa lalu, motif batik kawung biasanya hanya boleh dipakai oleh kalangan kerajaan. Dengan mengenakan motif batik kawung ini, ia dapat mencerminkan kepribadian sebagai seorang pemimpin yang mampu mengendalikan hawa nafsu dan menjaga hati nurani.


3.      Batik sawat
Batik motif sawat berasal dari kata sawat atau sayap, motif ini dahulu dianggap sangat sakral dan hanya dipakai oleh raja dan keluarganya. Motif bentuk sayap yang disusun sedemikian rupa ini sering dimaknai sebagai burung garuda kendaraan Dewa Wisnu yang melambangkan kekuasaan atau raja.

Motif Batik sawat ini hingga kini masih sering digunakan oleh pasangan pengantin dalam acara prosesi pernikahan, filosofi batik sawat diyakni bisa melindungi kehidupan pemakainya.  

 
4.  Batik sidomukti
Motif Batik Sidomukti ini merupakan salah satu motif paling mudah ditemukan karena kepopulerannya. Motif Sidomukti banyak digunakan sebagai pakaian adat pengantin jawa khususnya masyarakat Solo. Batik Sidomukti berasal dari kata sido yang artinya jadi, berkesinambungan, terus menerus dan dari kata mukti yang berarti bercukupan, hidup makmur, atau sejahtera.


5.      Batik truntum
Jika motif batik Sidomukti sering dipakai oleh pasangan pengantin, maka motif batik truntum biasa dipakai oleh orang tua pengantin. Kata Truntum sering dimaknai sebagai penuntun, sehingga sebagai orang tua diharapkan selalu bisa dijadikan sebagai penuntun, panutan, atau contoh yang baik bagi anaknya dalam mengarungi hidup baru.
Motif Truntum yang diciptakan oleh Kanjeng Ratu Kencana (Permaisuri Sunan Paku Buwana III) memiliki makna cinta yang tumbuh kembali. Beliau menciptakan motif ini sebagai sombol cinta yang tulus tanpa syarat, abadi, dan semakin lama semakin terasa subur berkembang (tumaruntum). Harapannya adalah agar cinta kasih yang tumaruntum ini akan menghinggapi kedua mempelai.


Bab 3
 
       Penutup
      
         Kesimpulan


Dari artikel tentang manusia dan budaya indonesia penulis menarik kesimpulan bahwa dari artikel yang penulis tulis hanyalah contoh kecil saja dari budaya yang berada di solo dan masih banyak budaya budaya di solo yang patut dijadikan warisan turun temurun hingga ke anak cucu dan kita harus bangga terhadap kebudayaan yang kita miliki.
 
     Saran 
kita seharusnya bangga akan budaya yang dimiliki oleh kota solo yaitu batik nya , harapan saya untuk kedepanya semoga ada anak dan cucu kita yang mau melestarikan nya.