Bab
1
Pendahuluan
Kota Surakarta
atau yang biasanya disebut dengan kota Solo adalah kota yang memiliki banyak
kebudayaan yang mencitrakan budaya Solo sesungguhnya. Saya sebagai orang Solo
merasa bahwa kota Solo layak mendapatkan predikat sebagai kota budaya dan
terdapat beberapa kebudayaan yang dapat
dibanggakan dari kota Solo seperti tarian
, wayang kulit , gamelan , batik dan lain sebagainya.
Selain
dari seni nya masyarakatnya yang tetap menjaga kebudayaan dan tradisionalitas secara kental masih terasa dan dapat kita rasakan di kota ini. seperti bahasa
yang penduduk asli masih kenakan secara sehari-hari yaitu bahasa Jawa
Surakarta dialek mataraman
(Jawa Tengahan)
dengan varian Surakarta , bahasa yang
halus dan sopan dari masyarakat sekitar yang tetap dipegang teguh menambah
nilai kekentalan akan kebudayaan dari kota ini" sehingga tidak salah kota
ini disebut sebagai kota budaya.
Tujuan
Tujuan dari penulisan artikel ini adalah untuk
memberitahukan macam – macam kebudayaan dari kota Solo yang melekat pada budaya
Indonesia namun penulis disini akan membahas salah satu kebudayaan dari kota
Solo yaitu batik khas dari kota Solo.
Bab
2
Isi
Solo termasuk kota yang
sangat lekat dengan budaya Jawa. Karena lekatnya dengan budaya Jawa, Solo
memiliki slogan The Spirit Of Java sebagai tekad untuk melestarikan budaya
Jawa. Kyai Ageng Henis adalah tokoh yang
pertama kali memperkenalkan batik di desa Laweyan yang saat itu masuk ke
wilayah kerajaan Pajang. Ki Ageng Henis adalah putra Ki Ageng Selo yang juga
keturunan Brawijaya V. Beliau bermukim di desa Laweyan sejak tahun 1546 M. Ki Ageng Henis yang
dikenal dengan Ki Ageng Laweyan merupakan “manggala pinatuwaning nagari” semasa
Jaka Tingkir masih menjadi Adipati Pajang. Beliau adalah kakek dari Danang
Sutawijaya yang menjadi pendiri kerajaan Mataram . Desa Laweyan yang
terletak di tepi Sungai Laweyan ini, dulunya adalah pusat perdagangan Lawe
(bahan baku tenun). Bahan baku kapas dipasok dari daerah Juwiring, Pedan dan
Gawok. Proses distribusi barang di Pasar Lawe dilakukan melalui bandar
Kabanaran yang tak jauh dari Pasar Lawe. Dulu terdapat banyak Bandar di tepi
sungai, seperti Bandar Kabanaran, dan Bandar Laweyan. Melalui Bandar inilah
yang menghubungkan Desa Laweyan menuju Sungai Bengawan Solo. Dari sinilah,
batik terhubung dengan daerah pesisir.
Batik solo awal abad
20
Pada
awal abad XX, batik menjadi salah satu identitas perekonomian masyarakat Jawa.
Pada masa ini, batik telah memasuki era industrialisasi dan terbentuknya
kelompok-kelompok para pedagang. Salah satu organisasi yang terkenal adalah
Sarekat Dagang Islam (SDI) yang dipelopori oleh KH Samanhudi. Beliau memiliki
jaringan dagang yang kuat hingga ke Kudus, Surabaya, Gresik, Tuban, Cirebon,
Bogor hingga ke Batavia dan luar Jawa. Salah satu distributornya adalah HOS
Cokroaminoto yang menjadi tokoh dalam organisasi Sarekat Dagang Islam.
Berdirinya SDI dilatarbelakangi persaingan dagang antara orang-orang Cina dan Belanda. Organisasi ini menunjukkan eksistensi masyarakat pribumi Jawa Islam di tengah kekuasaan kolonial Belanda. Sekaligus mempertahankan eksistensi batik yang menjadi salah satu pilar ekonomi masyarakat Jawa. Pada akhirnya SDI menjadi salah satu organisasi perintis kemerdekaan Indonesia. Hingga sekarang Batik Laweyan Solo tetap ada. Para pengusaha Laweyan pernah mencapai kejayaan pada era 1970-an.
Kini, Pemerintah Surakarta memiliki dua kampung batik
di kota Solo, yakni kampong batik Laweyan dan kampung batik Kauman, yang
terletak di belakang Masjid Agung Surakarta. Salah satu pusat perdagangan Batik
Solo yang terkenal adalah Pasar Klewer.
Ciri khas batik Solo
Di Solo sendiri terdapat 2 jenis kain
batik yang biasa digunakan, yaitu kain batik dan kain lurik. Batik yang berasal
dari kota Solo maupun Jogjakarta oleh para pencinta busana batik disebut dengan
Batik Kasultanan dengan ciri khas warna yang digunakan adalah warna biru,
coklat dan putih.
Masing-masing
warna pada kain batik Solo Surakarta memiliki arti filosofi tersendiri. Warna
biru melambangkan bumi, warna coklat melambangkan api sedangkan warna putih
melambangkan angin dan air.
Ciri khas lain pada batik Solo adalah
warnanya. Batik Solo sering menggunakan warna sogan yaitu warna kombinasi
seperti kombinasi warna coklat muda, coklat tua, coklat kekuningan, coklat
kehitaman, dan coklat kemerahan. Batik Sogan Adalah salah
satu jenis batik bernuansa klasik dengan warna dominan variasi dari warna
coklat. Dinamakan batik
sogan karena pada awal mulanya, proses pewarnaan batik ini menggunakan
pewarna alami yang diambil dari batang kayu pohon soga tingi. Batik Sogan
memang jenis batik yang identik dengan daerah keraton Jawa yaitu Yogyakarta dan
Solo, motifnya pun biasanya mengikuti pakem motif-motif klasik keraton.
Batik Sogan Yogya dan batik Solo juga dapat dibedakan dari warnanya. Biasanya sogan Yogya dominan berwarna coklat tua-kehitaman dan putih, sedangkan sogan Solo berwarna coklat-oranye dan coklat. Batik sogan yang klasik ini memang selalu banyak peminatnya dan langgeng tanpa mengenal musim, selalu ada pecinta jenis batik ini. Walaupun ada batik pesisiran yang lebih dinamis baik warna maupun motifnya yang kontemporer dan eksotis.
Batik Sogan Yogya dan batik Solo juga dapat dibedakan dari warnanya. Biasanya sogan Yogya dominan berwarna coklat tua-kehitaman dan putih, sedangkan sogan Solo berwarna coklat-oranye dan coklat. Batik sogan yang klasik ini memang selalu banyak peminatnya dan langgeng tanpa mengenal musim, selalu ada pecinta jenis batik ini. Walaupun ada batik pesisiran yang lebih dinamis baik warna maupun motifnya yang kontemporer dan eksotis.
Selain ciri khas pada warna, batik
Solo juga terkenal dengan motif batik tradisionalnya baik pada batik cap mupun
batik tulis. Motif batik yang terkenal pada batik Solo adalah motif sidomukti
dan sidoluhur. Karena
ciri khas inilah batik Solo telah terkenal sampai ke mancanegara dan memiliki
nilai jual yang tinggi, bahkan menjadi salah satu sektor expor andalan dari
para pengrajin batik Solo. Para pengrajin Batik Solo pernah mencapai
kejayaannya pada tahun 1970an. Dan sampai sekarang, Batik Solo tetap ada
dan masih memiliki ciri khas yang sama dan memiliki daya jual yang tinggi.
Macam
–macam motif batik Solo
1. Batik
parang
Sebagaimana yang dikutip dari wikipedia.org
Batik Parang merupakan salah satu motif batik yang paling tua di Indonesia.
Parang berasal dari kata Pereng yang berarti lereng. Perengan menggambarkan
sebuah garis menurun dari tinggi ke rendah secara diagonal. Susunan motif S
jalin-menjalin tidak terputus melambangkan kesinambungan. Bentuk dasar huruf S
diambil dari ombak samudra yang menggambarkan semangat yang tidak pernah padam.
Batik ini merupakan batik asli Indonesia yang sudah ada sejak zaman keraton
Mataram Kartasura (Solo).
Makna yang terkandung dalam Batik Parang ini
adalah tentang nasihat agar seseorang yang mengenakan tidak pernah
menyerah, kokoh seperti batu karang yang selalu diterjang ombak lautan. Selain
itu, batik parang juga memberi gambaran tentang jalinan yang tidak pernah
putusdalam upaya memperbaiki diri, memperjuangkan kesejahteraan, maupun
bentuk pertalian keluarga.
2. Batik
kawung
Batik kawung memiliki motif yang cukup sederhana,
terbentuk dari pola bulatan mirip buah Kawung, sejenis buah kelapa atau yang
disebut buah kolang-kaling. Motif hiasan yang berupa rangkaian
kombinasi lingkaran ini disusun berjejer rapi secara simetris dan
geometris. Motif batik kawung banyak dimaknai sebagai gambar
bunga teratai dengan empat lembar daun bunga yang merekah. Bagi orang Jawa
bunga teratai sering diartikan sebagai umur yang panjang dan juga kesucian.
Pada masa lalu, motif batik
kawung biasanya hanya boleh dipakai oleh kalangan kerajaan. Dengan
mengenakan motif batik kawung ini, ia dapat mencerminkan kepribadian
sebagai seorang pemimpin yang mampu mengendalikan hawa nafsu dan menjaga hati
nurani.
3. Batik
sawat
Batik motif sawat berasal dari kata sawat atau sayap, motif ini dahulu dianggap sangat
sakral dan hanya dipakai oleh raja dan keluarganya. Motif bentuk sayap yang
disusun sedemikian rupa ini sering dimaknai sebagai burung garuda kendaraan
Dewa Wisnu yang melambangkan kekuasaan atau raja.
Motif Batik sawat ini hingga kini masih sering digunakan oleh pasangan pengantin dalam acara prosesi pernikahan, filosofi batik sawat diyakni bisa melindungi kehidupan pemakainya.
4. Batik
sidomukti
Motif Batik Sidomukti ini merupakan salah satu
motif paling mudah ditemukan karena kepopulerannya. Motif Sidomukti banyak
digunakan sebagai pakaian adat pengantin jawa khususnya masyarakat Solo.
Batik Sidomukti berasal dari kata sido yang artinya jadi,
berkesinambungan, terus menerus dan dari kata mukti yang
berarti bercukupan, hidup makmur, atau sejahtera.
5. Batik
truntum
Jika motif batik Sidomukti sering dipakai oleh
pasangan pengantin, maka motif batik truntum biasa dipakai oleh orang tua
pengantin. Kata Truntum sering dimaknai sebagai penuntun, sehingga sebagai
orang tua diharapkan selalu bisa dijadikan sebagai penuntun, panutan, atau
contoh yang baik bagi anaknya dalam mengarungi hidup baru.
Motif Truntum yang diciptakan
oleh Kanjeng Ratu Kencana (Permaisuri Sunan Paku Buwana III)
memiliki makna cinta yang tumbuh kembali. Beliau menciptakan motif ini
sebagai sombol cinta yang tulus tanpa syarat, abadi, dan semakin lama semakin
terasa subur berkembang (tumaruntum). Harapannya adalah agar cinta kasih
yang tumaruntum ini akan menghinggapi kedua mempelai.
Bab
3
Penutup
Kesimpulan
Dari artikel tentang manusia dan budaya indonesia
penulis menarik kesimpulan bahwa dari artikel yang penulis tulis hanyalah contoh
kecil saja dari budaya yang berada di solo dan masih banyak budaya budaya di
solo yang patut dijadikan warisan turun temurun hingga ke anak cucu dan kita
harus bangga terhadap kebudayaan yang kita miliki.
Saran
kita seharusnya bangga akan budaya yang dimiliki oleh kota solo yaitu batik nya , harapan saya untuk kedepanya semoga ada anak dan cucu kita yang mau melestarikan nya.
0 komentar: